Liputan6.com, Jakarta Dalam diskusi Future Leader Fest 2023 yang digelar di TMII Jakarta, belum lama ini, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak menilai anak muda Indonesia menghadapi banyak tantangan seperti volatality, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA).
“Kepemimpinan untuk masalah seperti ini tidak bisa lagi dengan gaya kepemimpinan otoriter yang main tunjuk-tunjuk saja, tetapi juga harus dapat menggugah dan mengajak segenap elemen di dalam organisasi untuk mau ke arah yang sama,” ujar Emil, dikutip Selasa (14/11/2023).
Emil menambahkan, untuk menjadi pemimpin masa depan, generasi muda harus mampu mengasah kemampuan dalam hal berempati dan kepekaan dalam komunikasi.
Dalam kesempatan sama, Direktur Bisnis Digital Telkom Indonesia, Muhamad Fajrin Rasyid, bicara soal kepemimpinan masa depan di era digital saat ini.
“Saya sepakat dengan mas Emil, kolaborasi menjadi sesuatu yang penting. Kenapa? Karena kita tidak bisa bergerak sendirian. Sangat banyak skill yang perlu kita pelajari, baik sebagai individu maupun sebagai korporasi,” ucap bos termuda Telkom Indonesia.
Fajrin Rasyid menyebut, dengan inisitaif itu penting bagi kita semua untuk menjaring kerja sama, baik sebagai individu–misalnya teman-teman dengan latar belakang IT, mesti juga belajar dengan teman-teman dengan latar belakang finance dan business–maupun juga dalam skala korporasi.
Sementara, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Weni Maulina, yang juga hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, menuturkan bahwa pemimpin masa depan juga harus kritis dan multitasking.
“Tanpa adanya kompetensi seperti itu (kritis dan multitasking) akan sulit menyelesaikan proyek MRT dengan cepat dan tepat waktu. Dan ini merupakan pengakuan dari dunia bahwa MRT Jakarta pada fase 1 dapat diselesaikan dalam waktu sesuai rencana, yakni 6 tahun,” kata Weni.