Seiring berjalannya waktu, lanskap pertumbuhan startup di Indonesia semakin dinamis. Menurut Adrian Gilrandy, Practical Co-Founder, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbesar peluang.
Misalnya, kata dia, hingga akhir tahun depan kemungkinan akan ada beberapa tantangan dalam hal penggalangan dana, terutama untuk startup yang masih dalam tahap pertumbuhan. Dalam hal ini, proses due-dill akan lebih lama dan detail.
“Namun, untuk startup tahap awal diprediksi akan lebih mudah mendapatkan fundraising, asalkan startup mampu meyakinkan investor terkait tiga aspek berikut: model bisnis (walaupun belum ada pemasukan, paling tidak ada rencana monetisasi yang jelas), serta produk atau layanan yang mampu menyelesaikan permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh target audience” tutur Adrian.
Alih-alih hanya mengandalkan daya tarik pertumbuhan, startup kini dituntut untuk memiliki rencana bisnis dan strategi keberlanjutan yang lebih matang. Investor juga semakin berhati-hati dalam mengucurkan investasi ke startup tahap awal.
Meski belum ada formula pasti untuk mencari pendanaan tahap awal, Ferdiansyah selaku Co-Founder dan Direktur Keuangan Zi.Care mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbesar peluang.
“Selalu evaluasi dan perkuat jalur menuju profitabilitas karena investor selalu mencari keberlanjutan dalam bisnis yang akan didanai, aktif dalam asosiasi atau asosiasi di industri, sebagai bagian dari paparan dan kolaborasi untuk membuatnya lebih kuat, mencari mentor yang baik dan cocok serta pembina inkubator,” jelasnya.
Untuk membantu startup tahap awal mengarungi lanskap ekonomi digital yang selalu berubah, Kominfo akan melanjutkan program Startup Studio Indonesia dengan target memfasilitasi 150 startup digital pada tahun 2024.
Diharapkan para startup alumni SSI mampu menskalakan bisnisnya dan mencapai Product Market Fit yang berkelanjutan, sehingga dapat terus berinovasi dan menciptakan solusi digital sesuai kebutuhan masyarakat.